source: canva

Rusia peringatkan Myanmar: Konflik ini bisa memicu ‘Perang Sipil’

Rusia mengatakan pada hari Selasa itu menentang sanksi terhadap junta di Myanmar, memperingatkan bahwa langkah-langkah hukuman dapat memicu perang saudara skala besar di negara itu. “Tindakan yang menuju ancaman dan tekanan termasuk penggunaan sanksi terhadap otoritas Myanmar saat ini tidak memiliki masa depan dan sangat berbahaya,” kata kantor berita Interfax seperti dikutip juru bicara kementerian luar negeri Rusia.

Kebijakan seperti itu akan “mendorong Myanmar menuju konflik sipil yang penuh.” Myanmar telah mengalami kekacauan sejak kudeta 1 Februari menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi dan menggagalkan eksperimen negara itu dengan demokrasi. Sejak saat itu, masyarakat yang tidak setuju dengan kudeta tersebut mulai melakukan aksi damai dengan demo turun ke jalan jalan utama. hal ini terus berlanjut karena banyak yang tidak setuju dengan kudeta yang mencederai demokrasi di Myanmar. Namun, aksi damai ini mulai dibalas dengan tindakan yang represif oleh militer myanmar, yang akhirnya menyebabkan terjadinya kekerasan fisik terhadap para pendemo.

Tindakan represif ini terus berjalan hingga saat ini. Menurut kelompok pemantau lokal, lebih dari 550 orang tewas dalam kerusuhan anti-kudeta. Kekuatan internasional telah berusaha untuk menumpuk tekanan pada militer dengan memukul kepentingan bisnisnya yang luas, yang mencakup giok yang menguntungkan dan perdagangan ruby. Tetapi sejauh ini baik sanksi maupun seruan untuk menahan diri tidak ada tanda-tanda positif dari pihak militer, karena mereka masih berjuang untuk meredam kerusuhan yang meluas. hingga saat ini kedua belah pihak masih belum bisa menahan diri.

Pekan lalu Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat “menyatakan keprihatinan mendalam pada situasi yang memburuk dengan cepat.” Rusia telah berusaha untuk mengembangkan hubungan dengan junta militer dan wakil menteri pertahanan Rusia Alexander Fomin bergabung dengan parade tahunan bulan lalu yang menampilkan kecakapan militer Myanmar.
Ketika rezim mengadakan parade untuk Hari Angkatan Bersenjata lebih dari seratus orang tewas.
Pada parade tersebut Rusia memamerkan peralatannya termasuk tank T-72, jet tempur MiG-29 dan helikopter Mi-24.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *